Tiba-tiba saja saya teringat pengalaman waktu saya bertugas di RS Muntilan, Jawa Tengah. Saat itu ada satu kasus yang belum terpecahkan hingga saat ini. Saya menangani pasien dengan riwayat obstetri yang jelek. Bayangkan saja, anak pertama pasien lahir dengan bantuan dukun bayi, meninggal beberapa saat setelah lahir. Kemudian pasien melahirkan anak keduanya dengan bantuan bidan, namun sang bayi meninggal tidak berapa lama setelah lahir sama persis dengan anak sebelumnya.
Pasien datang bertemu saya pertama kali pada kehamilan sembilan bulan alias cukup bulan. Riwayat dua kali kehamilan hingga cukup bulan namun semuanya meninggal tak berapa lama setelah persalinan. Pikir saya, bisa saja yang pertama lahir meninggal karena ditolong dukun yang tidak menangani dengan standar medis, dan bisa saja yang kedua juga tidak sesuai standar atau ada sesuatu hal yang lain. Oke, kalau begitu ini yang ketiga sudah benar dalam penanganan dokter kandungan dan tentu hasilnya akan berbeda dibandingkan dukun dan bidan.
Pagi sekitar pukul 8 direncanakan operasi caesar untuk pasien tersebut, dan kebetulan senior saya Dr. Ihsan, SpOG turut hadir di ruang operasi. Tidak biasanya lho, senior ikut hadir waktu saya mengerjakan operasi, entah angin apa yang membawa beliau hadir di operating theatre.
Setelah dokter anestesi menjalankan tugasnya, saya mulai mengerjakan operasi. Mulai dari kulit saya lakukan irisan, terus saya perdalam lapis demi lapis hingga akhirnya saya membuka segmen bawah rahim yang sudah dekat ke janin. Begitu bayi lahir langsung diterima oleh dokter anak. Saya masih konsentrasi melanjutkan operasi, namun kira-kira 10 menit kemudian dokter anak menyampaikan bahwa bayi telah meninggal!!
Saya, Dr. Ihsan, Dr anak, dan seluruh tim yang ada diruangan tersebut kontan kaget dan seperti tidak percaya atas kejadian tersebut. Kondisi anak sebelum operasi baik-baik saja, kok tiba-tiba meninggal begitu lahir. Beberapa pemeriksaan yang direncanakan seperti pemeriksaan TORCH, hingga pemeriksaan kromosom bayi tersebut tidak disetujui oleh keluarga pasien dengan alasan keterbatasan biaya.
Hingga saat ini pun saya masih penasaran dengan kejadian tersebut, apa kira-kira penyebabnya ya?? Kecurigaan terbesar saya adalah adanya infeksi TORCH yang bentuk tersembunyi alias tidak nampak dari gambaran luar karena secara fisik bayi tersebut normal. Dari beberapa penelitian yang saya baca ternyata memang infeksi TORCH merupakan penyebab kematian bayi baru lahir yang sering tidak terdeteksi. Kemungkinan yang lain adalah adanya kelainan kromosom atau sesuatu yang belum bisa dijelaskan.
Pesan moral dari kasus ini adalah, dokter hanya mengupayakan yang terbaik untuk pasien, namun kita tidak bisa menghindari ketentuan Allah. Bila ketentuan Allah berlangsung, maka tiada beda antara dokter spesialis kandungan dengan bidan ataupun dengan dukun beranak sekali pun. Tiada tempat bagi manusia untuk bersombong, dan sebaiknya pasien dan keluarga pasien juga menyadari bahwa dokter hanya bisa mengupayakan yang terbaik sesuai ilmu yang dimilikinya.
Ya Allah dokter…saya membaca artikel ini saya jadi teringat dengan almarhum anak saya yang pertama. bulan maret 2009 kemarin saya melahirkan anak pertama saya berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3400 gr panjang 51 cm dengan jalan operasi cesar. namun, 2 hari kemudian anak saya meninggal dunia. sampai saat ini belum diketahui penyebab meninggalnya anak saya. saat ini, 5 bulan setelah saya melahirkan anak 1 saya, saya positif hamil lagi, akan tetapi usia kehamilan kira2 9 minggu, saya keguguran, saat itu saya disarankan untuk tes TORCH oleh dokter kandungan saya, dan dokter mengatakan kalau saya baik2 saja. 3 bulan kemudian saya hamil lagi untuk ketiga kalinya. bulan ini (juli) usia kandungan saya sudah masuk bulan ke tujuh. kira-kira apa yang bisa saya lakukan ya dok…supaya ketika saya melahirkan nanti, saya dan anak saya baik2 saja…??? mohon sarannya dokter….jujur saat ini saya masih was-was…takut kalau terjadi apa-apa dengan bayi saya….. terima kasih sebelumnya dokter….
Regards
Dear Wida,
Untuk problem anak anda tentu berbeda, karena meninggalnya 2 hari setelah lahir dan tentu sudah banyak faktor yang bisa mempengaruhi. Saran saya adalah lakukan pemeriksaan rutin di dokter kandungan, bila perlu diberikan suntikan pematangan paru pada saat kehamilan 7 bulan, sampaikan riwayat kehamilan sebelumnya agar lebih hati-hati.
Regards
[…] Pesan moral dari kasus ini adalah, dokter hanya mengupayakan yang terbaik untuk pasien, namun kita tidak bisa menghindari ketentuan Allah. Bila ketentuan Allah berlangsung, maka tiada beda antara dokter spesialis kandungan dengan bidan ataupun dengan dukun beranak sekali pun. Tiada tempat bagi manusia untuk bersombong, dan sebaiknya pasien dan keluarga pasien juga menyadari bahwa dokter hanya bisa mengupayakan yang terbaik sesuai ilmu yang dimilikinya. https://mybabyprogram.com/2010/05/04/jangan-sombong-dokter-kandungan-bisa-tidak-lebih-pintar-dibandin… […]
[…] Jangan Sombong, Dokter Kandungan Bisa Tidak Lebih Pintar Dibanding Bidan atau Dukun (True Story… […]